I bet you with all the money in the world, that no one, & I do mean NO ONE knows how it really feels like being a stay-at-home mother. No one, except the stay-at-home mothers themselves. No working mothers, girl friends, guy friends, fathers, parents, sisters, brothers, cousins, uncles, husbands. Even the so called “breastfeeding fathers” yang suportif banget. They don’t know what it’s like.
I’ve been a stay-at-home mother for over 8 months now :) Keuntungannya, keasikannya, pokonya the beauty of it, I think it’s obvious ya?! The downside? Well... Let me give you an example of my daily life. Kukka sleeps about 10 hours straight through the night (Yeaaay! :D). The rest 12 hours, she spends it with me. 1 jam dia pergi jalan-jalan sore sama si mba keliling cluster. 1 jam lagi total si ibu makan, mandi, shalat dll. If you have a 6.8 kg overcharged Energizer bunny for a baby daughter like mine, 12 hours could be very, very, very exhausting :D Fun, tapi sangat memeras tenaga. True, bahwa begitu liat senyumannya, denger ketawanya, cape itu ilang :) Tapi it keeps coming back afterwards :)) Well at least in my case... & I’m sure other stay-at-home mothers have their own stories.
Now, yang paling aku sebelin dari semua ini adalah anggapan, komentar, “tuduhan” orang yang bilang bahwa ibu rumah tangga itu NGGA ADA KERJAAN, BANYAK WAKTU LUANG, NGGA CAPE, NGGA BANYAK MIKIR, and so on. Komentar kaya gini ngga cuma sekali 2 x aku denger: “Oh, jadi ibu RT sekarang! Asik dong ya bisa santai-santai di rumah tiap hari!” ato “Selaen ngurus anak, kegiatannya apa? Ngga ada? Wah sayang banget! Padahal kan banyak waktu luang!”.
The first thing that popped up in my mind is the desire to smack that person’s face & bang his/her head with a hammer.
Emang, banyak ibu RT yang bisa ngerjain banyak hal sambil ngurus anak. Bukannya ngga pengen bisa jadi ibu RT yang “menghasilkan”... Mungkin suatu hari nanti aku juga bisa jadi super mom kaya gitu. Tapi ngga sekarang. Sekarang, punya waktu 5 menit pengen aku pake untuk ngelakuin hal-hal yang aku suka & (seharusnya) bisa bikin mind & body jadi refreshed. Nonton tv, baca majalah, ngeblog, nelepon Mamah, ato sekedar rebahan di kamar yang sejuk & tenang. 5 menit aja... Tapi pada kenyataannya, ngga segampang itu mengistirahatkan badan & pikiran dari segala macam keharusan. Nah, ini baru urusan anak. Ada lagi urusan “anak-anak” yang laen: para PRT. Belom beres mikirin gimana caranya nyari 2 PRT yang bisa akur, ada lagi masalah kaya baju kena pemutih, piring pecah, WC kurang bersih, mesin cuci rusak, PRT yang 1 (dicurigai) suka nyolong, dll. Kalo bukan si ibu RT yang mikirin & nyelesain semua masalah ini, siapa?? Belom lagi masalah laen yang ngga kalah beratnya, or maybe even heavier. SANTAI BANGET ya jadi ibu RT :)
Another thing amazes me. I used to think that going on a vacation will be refreshing. Apalagi bawa si mba. Harusnya bisa santai dooong! Sadly, liburan 5 hari minggu lalu ke Bali proved it wrong. Di sana Kukka lebih sering dipegang bapanya. So, badan iya, bisa santai setelah doing the usual routine like feeding, bathing, changing, breastfeeding, cradling. Tapi otak, tetep ngga bisa istirahat. Tetap mikirin ini-itunya so that Kukka’s needs ngga ada yang kelupaan. Lagi nge-date sama suami, yang mondar-mandir di otak “Kukka udah bobo belom ya? Gampang ngga ya tadi dia tidurnya? Bakal bangun & nangis ngga ya kalo tau aku ngga ada di deket dia? Gimana kalo ada apa-apa? Si Mela punya pulsa ngga ya? Should I give her a call & check on Kukka? Rumah aman ngga ya? Did I lock all doors? Did I unplug semua barang elektronik? What if”...
Yes, staying at home was my choice & never once do I regret it, alhamdulillah. I consider myself a very lucky person dalam hal ini. So why do I keep whining about it? Maybe you should give it a try some time. Do what I’ve been doing for the last 8 months & we’ll see how you would react if somebody said that your days are EASY :)
