Sejak Kukka masih di perut, aku & Ica sepakat untuk ngajarin dia bahasa asing sedini mungkin. Rencananya sih aku pake Bahasa Jerman, Ica pake Bahasa Inggris. Along the way we thought that it would be too much. Lagipula Jerman-ku udah lama ngga dipake & udah banyak yang lupa :D Akhirnya kita mutusin untuk nerapin ESL (English as Second Language). Jadilah setiap malem, sebelum dibacain ayat-ayat Al Quran, aku bacain cerita Hans Christian Andersen versi Inggris keras-keras. Yes, I read your birthday gift every night, Neng :) Bari jeung ngos-ngosan karena hamil makin tua, napas makin pendek :p And so, Kukka & I are communicating exclusively in English ever since.
Aku termasuk tipe ibu yang percaya bahwa ngga ada 1 hal pun yang kita ajarin ke anak itu bakal sia-sia. Seringkali Kukka tetep asik maen ato cuek melengos sementara aku berbusa-busa nyanyiin Mother Goose Nursery Rhymes atau lagu angka atau alfabet. Bodo amat orang di sekitarku eneg dengernya, aku tetep aja ulang terus :)) Hasilnya? One day way before turning 2yo, out of the blue, Kukka pointed to a picture in her book & said “Egg!”. Atau beberapa minggu kemudian dengan santainya dia berhitung “One, two, three, twelve, twenty!” Salah urutan, iya. Tapi ternyata di otaknya udah nempel tuh angka-angka yang aku ucapin setiap naik-turun tangga :p
Aku juga termasuk tipe ibu yang percaya bahwa anak (kecil) itu PINTER. Never, ever underestimate them & think that they don’t know what you’re talking about. They have a brain like a sponge & most of us parents don’t realize what they’re capable of. Banyak orang/temen yang tau aku nerapin ESL. Biasanya pertanyaannya sama: “Ngga takut anaknya bingung ya?” Dan bukannya aku ngga tau bahwa ada aja yang “mencibir” ato malah ngecap so’. Ajarin aja dulu anaknya Bahasa Ibunya. Kalo udah bener, baru ajarin bahasa lain. Ato, gimana generasi masa depan mau cinta tanah airnya, diajarin bahasanya aja ngga. Gitu katanya :)
First of all, thank you very much. Second of all, mind your own business & teach your kid whatever you want to teach, but don't tell me how to raise my child. My daughter is MY responsibility. Whatever things I want to teach her, is my choice. I probably don’t need to give you my reasons but since we’re already here...
Aku hanya pengen yang terbaik untuk Kukka. Diantara banyak hal baik lainnya, aku pengen Kukka jadi anak yang ngga cuma pinter otaknya, tapi juga pinter menggunakan semua kepinterannya itu nanti, buat dia & lingkungannya. Harusnya, ya buat negerinya juga. Kukka akan “hidup” di jaman yang jauh lebih keras dari sekarang. Jaman yang butuh kemampuan ngga cuma Bahasa Inggris, tapi bahasa & keahlian lainnya. Kalo CUMA Inggris aja dia ngga bisa, gimana dia mau bertahan? Apalagi ngebantu negerinya untuk jadi a better place to live in. Aku mungkin bukan termasuk WNI yang nasionalis tapi ngga berarti juga aku pengen Kukka jadi WNI yang apatis terhadap apapun yang terjadi dengan negerinya. Dan kalo dia udah bisa diajarin dari sekarang, kenapa mesti ditunda sampe otaknya udah keburu penuh dengan hal yang lain? Malah kasian nanti harus extra keras belajarnya.
Ngga kerasa sekarang Kukka udah 2 taun aja & alhamdulillah kosa katanya udah lumayan banyak. Malah udah bisa bikin kalimat-kalimat seperti “Opa is sick.” atau “Where’s the red ball?” atau “Oh no, Kukka’s book is gone!”. Iya, iya. Kosa kata Inggris-nya Kukka jauh lebih banyak daripada Indonesia-nya. But she’s getting there ko! Setiap hari ada aja kata baru yang dia ucapin. Ngga jarang juga yang keluar dari mulutnya kecampur-campur, misal “Socks kaki!” atau "Where mana?" :)) But she is capable in switching languages automatically. Ke Mba-nya, Kukka nanya “Mana susu, Mba?”, tapi begitu nengok ke aku, she asked “Where’s Kukka’s milk, Bubu?”
So yes, my daughter speaks English more than Indonesian now & sometimes she got confused. But she’s just 2yo for God’s sake, so just give her a break :)